
Buah hati kita tak hanya ingin menerima kasih sayang dari kita saja, lho. Dia juga ingin membalas kasih sayang yang kita berikan. Caranya bermacam-macam. Tapi sebagian besarnya dengan isyarat gerakan anggota tubuh, pandangan, dan suara mulut.
Bagaimana supaya kepekaan dan ketanggapan itu muncul? Para pakar kesehatan mental di WHO (1993) menyarankan agar para ibu mampu menunjukkan feeling yang positif, harus pede dan siap menjadi ibu, banyak-banyak bercakap-cakap dengan si bayi dengan bahasa yang naluriah, dan banyak-banyak memperkenalkan bayi terhadap dunia nyata.
Misalnya saja si ibu memperkenalkan benda-benda di sekitar bayi, warna / sifat benda, hubungan orang sekitar, dan lain-lain. Karena buah hati kita sangat responsif terhadap tindakan kita. Dan Anda akan terkejut saat buah hati Anda mengungkapkan kasih sayangnya yang tidak kita duga sebelumnya.
Berdasarkan catatan Tim WHO, seperti yang dipaparkan dalam Improving Mother-child Interaction to Promote Better Psychosocial Development in Children (1993), terjadinya hubungan interaktif-dialogis yang didasari cinta antara ibu dan buah hatinya sangat penting bagi perkembangan si anak. Anak yang kebutuhannya terhadap hubungan seperti itu tidak terpenuhi dengan bagus, akan berpotensi mengalami hal-hal di bawah ini:
- Apatis terhadap keadaan
- Mudah gelisah
- hiperaktif
- Kurang bisa berkonsentrasi
- Sering merengek
Di tengah kesibukan dan tuntutan yang kita hadapi, mudahan-mudahan ini semua tak menghalangi kita untuk tetap bisa peka dan tanggap terhadap ungkapan dan kebutuhan si buah hati. Semoga bermanfaat.